RSS

Comfortable

Beberapa hari ini gue berpikir tentang gaya hidup. Ada banyak isu tentang gaya hidup, contohnya konsumtif, kemewahan, hedonisme, kesederhanaan, penghematan, emosi, dan lain- lain. Bahkan shopping (hal yang sulit untuk dikendalikan) pun bisa termasuk bagian dalam gaya hidup... hehehe...

Hal yang sangat mengganggu buat gue menyangkut gaya hidup adalah kenyamanan. Akhir-akhir ini, dengan bercermin pada hidup gue (ceileh, hahaha...), gue merasa bahwa setiap orang di dunia ini cenderung untuk memilih jalan hidup, termasuk gaya hidup yang dapat membuat mereka nyaman. Setiap orang di dunia ini tentunya termasuk dan mungkin terutama gue... hehehe...

Kata nyaman sendiri memiliki banyak arti:
"Nyaman bisa berarti bebas dari penderitaan atau rasa sakit; bisa juga berarti mendapatkan kemudahan; bisa juga berarti memiliki rasa percaya dan rasa aman terhadapa sesuatu; bisa juga berarti puas; dan lain-lain."

Gue merasa tersentuh dengan arti kata nyaman "mendapatkan kemudahan" dan "puas". Sejak beberapa lama, kenyamanan menjadi hal yang mengerikan buat gue. Ketika gue merasa puas sehingga merasa nyaman, gue menjadi lupa untuk terus belajar. Ketika gue mendapatkan berbagai macam kemudahan dan fasilitas sehingga merasa nyaman, gue menjadi malas untuk berkembang.

Buat gue, nyaman juga bisa berarti "terlalu asyik", karena ketika gue terlalu asyik sehingga merasa nyaman, gue akan enggan untuk bergerak dan melakukan sesuatu.

Gue sering merasakan perasaan nyaman yang kadang membuai gue sehingga gue ga sadar bahwa sudah saatnya bagi gue untuk bergerak maju, berkembang, dan belajar hal yang baru. Kenyamanan yang sangat mengerikan terjadi ketika apa yang kita inginkan sudah tersedia dengan mudahnya semudah menjetikkan jari.

Realita pertama yang gue alami, terjadi ketika gue mendapatkan gaji (hal yang selalu ditunggu-tunggu oleh setiap orang yang bekerja). Saking senangnya dan nyamannya karena mendapatkan fasilitas dana, gue lupa bahwa uang yang gue dapatkan dengan susah payah tetapi menyenangkan ini harus gue gunakan dengan bijaksana. Jadilah pada akhir bulan, hidup gue melarat, sulit untuk bertahan hidup. Hidup yang tadinya berkelimpahan menjadi berkekurangan. Bener-bener nih gaya hidup bagaikan roda yang selalu berputar dalam waktu singkat. Bentar seneng-seneng, bentar kekurangan.

Realita kedua yang gue alami, terjadi ketika gue menyenangi pekerjaan yang gue lakukan. Hmmm... Udah sejak lama gue bertekad untuk ga mengeluh, terutama setelah adanya post Grumble, Grumble, Grumble yang gue tulis sendiri. Gue selalu berusaha untuk melihat sisi positif dari setiap hal yang terjadi dalam hidup gue. Masalahnya adalah ketika gue merasa terlalu senang sehingga merasa nyaman, gue menjadi lupa juga untuk bersyukur. Ketika gue bersemangat untuk belajar dalam bekerja, ketika gue merasa pekerjaan gue menyenangkan, di saat itulah gue mulai merasa terbiasa menerima berkat. Akibatnya gue lupa untuk menyadari betapa indahnya setiap berkat yang gue terima dari Tuhan setiap hari dan lupa deh untuk bersyukur. Segala hal yang berlebihan ituw memang ga baik.

Realita ketiga yang gue alami, terjadi ketika gue jatuh cinta pada seseorang. Di kantor gue ada seseorang yang menarik hati gue (hahaha... gimana ya... cuci mata untuk memotivasi diri dalam bekerja, boleh dunks..^^). Hal yang terjadi, ketika gue sangat bahagia karena gelora asmara yang membara (kok kayak lagu dangdut ya, ahahaha...), gue jadi lupa sama Babe gue yang sangat menyanyangi gue itu. Bahkan ketika gue merasa ga bersemangat karena patah hati, gue berusaha membuat diri gue nyaman dengan menggunakan hal" yang lain sebagai pelarian, misalnya sok" galau n mellow dengan dengerin lagu atau main games. Jadinya malah gue ga semangat untuk bekerja. Jadi kayak ababil gitu deh, bentar ngambek, bentar seneng. Huh, sampai" gue aja bingung n kesel sama diri gue sendiri. Ya ampun betapa bodohnya gue, menggantungkan kebahagiaan dan hidup gue kepada orang lain. hmmm....

Untungnya Babe gue sangat baik karena Dia memperlihatkan sesuatu pada gue hari ini. Pada hari ini (Jumat, 22 April 2011), gue mengikuti misa Jumat Agung yang bener-bener luar biasa. Selain choirnya yang luar biasa, tata perayaan dan liturginya yang luar biasa, yang pastinya Allah Tritunggal Mahakudusku yang paling luar biasa, tapi juga ada hal lain yang juga luar biasa, yaitu gue harus ikut misa dalam keadaan berdiri. Kalo cuman berdiri mah gapapa, tapi masalahnya gue berdiri dengan high heel yang cukup tinggi trus dengan kondisi sebelumnya gue harus bolak-balik dari kelapa gading-mangdu-kelapa gading. Ugh betapa sebenernya dah pegel kaki gue dan gue berharap gue bisa duduk pas misa. Tapi apa daya, gereja hari ini sangat diminati oleh khalayak ramai sehingga gue ga mendapatkan tempat duduk. Hiks... Hiks... Hiks...

Nah ada hal yang lebih luar biasa daripada itu. Tuhan bukanlah Bapa yang baik kalo tidak bisa menunjukkan kepada kita kasih-Nya yang luar biasa. Gue cukup kaget dengan apa yang Tuhan perlihatkan ke gue melalui rasa pegel dan cape. Ketika gue merasa sakit dan menderita, gue sadar bahwa selama ini gue udah lupa untuk belajar. Bahwa gue lupa, gue pernah berjanji untuk berusaha mengendalikan diri gue. Bahwa gue lupa, gue pernah berjanji akan berusaha untuk menjalankan masa puasa ini dengan sebaik-baiknya. Gue ga sadar bahwa gue udah sangat menjauh dari Dia.

Dengan rasa cape dan pegel Tuhan menyadarkan gue kalo selama ini gue ga mau keluar dari zona nyaman. Dengan rasa cape dan pegel, Tuhan memperlihatkan kepada gue betapa berkatnya buat gue selama ini bener-bener spesial dan indah. Melaui rasa cape dan pegel, Tuhan mengingatkan gue bahwa setiap kedagingan yang sebelumnya gue anggap lumrah itu adalah hal yang sangat hina, memalukan, mengerikan, dan membahayakan. Karena selama ini gue merasa nyaman-nyaman aja, gue jadi lupa bahwa ada Bapa yang harus gue perhatikan, yang harus gue ikuti perintah-Nya, dan harus gue jauhi larangan-Nya.. Gue merasa udah ditipu oleh dunia ini dengan segala bentuk rasa nyaman yang ditawarkannya. Termasuk nyaman dengan luka yang kita pendam terus menerus.

Ketika misa dimulai, gue lupa bahwa badan gue cape dan pegel. Yang gue rasakan adalah betapa Tuhan menyayangi gue dengan memberikan misa jumat agung yang luar biasa dan sarat makna tersebut. Gue jadi sadar bahwa selama ini kenyamanan telah membutakan gue dan menghambat perjalanan hidup gue.^^ Ketika temen gue meminta gue untuk duduk aja di lantai kalo cape, gue bilang ga usah. Karena dengan berdiri, merasakan cape dan pegel, gue semakin bisa merenungkan dan mengenang wafat Tuhan Yesus. Ketika gue bahagia karena bisa merasakan betapa Yesus mencintai gue melalui penebusan-Nya, gue jadi melupakan setiap rasa cape dan pegel yang sebelumnya melanda. hehehe....^^ Dia memang ajaib.^^

Realita ini pastinya juga pernah dialami oleh yang lain. Atau banyak orang di luar sana mengalami bentuk lain dari kenyamanan yang menghambat ruang gerak kita. Meskipun tidak semua hal yang nyaman itu buruk. Misalnya ketika kita berdoa, kita butuh suasana yang nyaman supaya fokus dan konsentrasi, begitu pula dengan kerja atau ketika menjalin hubungan pertemanan, persahabatan, dan pacaran, kita butuh kondisi yang nyaman (suasana yang klik alias chemistry...^^). So, ayo kita belajar untuk mengendalikan gaya hidup kita agar tidak terbuai dengan kenyamanan yang berlebihan.^^