RSS

Chapter 1: Seribu Satu Tanya, Satu Jawaban

Krycilla berjalan dengan teruburu-buru sambil melihat jam tangannya. Sesekali ia berlari kecil untuk mempercepat langkahnya.Wajahnya dipenuhi dengan penyesalan yang bercampur dengan rasa cemas.

Ugh, ini gawat, gumamnya dalam hati. Ia baru menuruni tangga halte bus Transjakarta dan memasuki sebuah gedung perkantoran. Sambil berjalan, Cilla, begitu orang-orang memanggil namanya, mulai mencoba mengingat apa yang ia lakukan semalam sehingga ia bisa terlambat. Dia tidur jam 11 malam, termasuk cepat untuk pola tidur orang Jakarta, pikirnya. Satu hal yang harus ia akui adalah tidurnya memang tidak nyenyak. Selalu tidak nyenyak atau tepatnya tidak pernah nyenyak. Inilah yang membuatku terlambat, gerutu Cilla. 

Setiap pagi, energinya harus terkuras dengan perlawanan kecil dari tubuhnya yang enggan bangun dan beranjak dari tempat tidur. Seandainya ia boleh memilih untuk tetap berbaring di tempat tidur pasti dia akan sangat bahagia.

Cilla kini segera menaiki lift yang baru saja terbuka. Ia berusaha menarik nafas dalam-dalam tanpa mengundang perhatian sekelilingnya. Tetap tidak membuatnya lega memang, tapi setidaknya membantu mengurangi ketegangan. Dengan berat hati, ia melangkahkan kakinya keluar dari lift.