RSS

Saat Dunia Merendahkanku

Ku tengadahkan wajahku menatap langit yang temaram
Tertahan setetes air mata yang siap menggenangi mataku
Kupandangi langit senja yang sendu nan menawan
Berharap aku dapat menghalau rintik air yang hendak turun dari mataku

Nun jauh di sana, ada sesosok gelap
Meringkuk, tertunduk, terlihat tak berdaya
Sesekali matanya beradu pandang dengan mataku
Oh.... sungguh, kepedihan
Tampak jelas sekali
Kesakitan tergambar nyata di kedua bola matanya
Kematian seakan-akan menghantuinya

Bukan, bukan tubuh
Jiwanyalah yang akan mati
Bagaikan seonggok debu yang terhampar di tanah
Begitulah dunia membuat ia memandang dirinya
Sungguh, sungguh tak mampu ia menahan pahitnya

Tak kuasa aku menahan tetesan air yang hendak jatuh sedari tadi
Mengalir hangat membasahi pipiku
Semua gambar diriku terpapar jelas di dalam sosok yang dipandang hina itu
Begitu tak berharganyakah aku di mata dunia?
Begitu tak mampukah aku menahan kegelapan
yang sedemikian rupa berusaha menggerogoti jiwaku secara perlahan?
Begitu tak ada artinyakah aku?

Tak mampu, tak bisa, tak kuasa, tak dapat, tak berdaya,
tak berarti, tak berharga, hina, dan jelek...
Dunia katakan...
Terus menerus merema dalam hatiku dan melumpuhkan aku....

Tapi, aku diciptakan bukan oleh dunia
Tapi, kekuatanku bukanlah dari dunia
Tapi, aku hidup bukan untuk dunia

Saat dunia merendahkanku, saat itulah Dia datang...
Dia berikan cahaya-Nya, kekuatan-Nya...
Karena di saat aku menderita dan bimbang, di saat itulah aku memerlukan-Nya
Di saat itulah aku mengandalkan-Nya
Di saat itulah aku dapat melihat jelas, bahwa Dia selalu bersamaku
Selalu, selalu.....